nina
nina

Makna Lirik Lagu Feast – Nina

Makna Lirik Lagu Feast – Nina. Pada 25 November 2025, “Nina” karya Feast kembali jadi lagu paling keras di playlist “marah tapi baper” anak muda Indonesia. Single yang rilis 2017 dari album Multiverses ini kini tembus lebih dari 150 juta streaming di platform digital, dengan lonjakan 35 persen sejak Oktober berkat cover punk-hardcore viral dan penggunaan di demo mahasiswa. Lagu ini bukan sekadar teriakan marah; ia sindiran tajam terhadap orang ketiga yang datang seenaknya, ambil yang bukan miliknya, lalu pergi tanpa tanggung jawab. Ditulis Baskara Putra (vokalis) saat ia melihat teman dekatnya dikhianati, “Nina” jadi anthem orang yang pernah jadi korban selingkuh atau perebut — dengan lirik kasar tapi jujur, plus riff gitar yang bikin kepala gerak sendiri. Di era di mana orang sering bilang “itu urusan kalian”, lagu ini teriak keras: “itu urusan gue juga!”. Artikel ini kupas makna lirik dari tiga sudut: kemarahan terhadap pelakor, metafor “Nina” sebagai simbol perusak, dan dampak budaya yang bikin lagu ini jadi suara generasi kesal.

Kemarahan terhadap Pelakor: “Kau Datang, Kau Ambil, Kau Pergi”

Chorus “Nina, kau datang kau ambil kau pergi, Nina, kau buat dia lupa diri” langsung jadi teriakan kolektif. Feast tak pakai bahasa halus: “Kau datang seenaknya, kau ambil yang bukan milikmu, kau buat dia lupa janji” — sindiran telak buat orang ketiga yang tahu pasangan orang tapi tetap masuk. Verse “Kau bilang cinta, kau bilang setia, tapi kau cuma mau yang seru-serunya” tambah pedas, gambarkan tipe yang cuma cari sensasi, lalu kabur saat ada konsekuensi.

Yang bikin kemarahan ini terasa nyata, Feast tak cuma marah ke Nina; ia juga sindir cowok yang gampang lupa: “Dia yang salah, tapi kau yang datang”. Di 2025, baris ini sering jadi caption story orang yang baru putus karena diselingkuhi — bukti lagu ini jadi terapi marah yang sehat.

Metafor “Nina”: Simbol Perusak yang Bisa Siapa Saja

“Nina” bukan nama orang spesifik; ia simbol. Baskara pernah bilang nama itu dipilih karena terdengar manis tapi bisa jadi racun — seperti orang ketiga yang kelihatan polos tapi merusak. Bridge “Kau datang bawa senyum, kau pergi bawa hati” dan “Kau buat rumah jadi reruntuhan” gambarkan kehancuran pelan-pelan: dari godaan kecil sampai hubungan hancur total.

Metafor ini kuat karena bisa diaplikasikan ke siapa saja: teman yang merebut pacar, rekan kerja yang ambil kredit, bahkan sistem yang ambil hak orang lain. Di November ini, saat banyak demo soal ketidakadilan, baris “kau datang kau ambil kau pergi” sering dikutip sebagai kritik sosial — bukti “Nina” sudah melampaui urusan cinta.

Dampak Budaya: Anthem Generasi yang Muak Diremehkan Lewat Lagu Nina

“Nina” jadi lebih dari lagu; ia gerakan. Aransemen punk-rock cepat dengan teriakan “Nina!” di chorus bikin lagu ini selalu jadi penutup konser yang bikin circle pit. Dampaknya luas: jadi lagu trending wajib di demo mahasiswa, soundtrack film indie tentang perselingkuhan, bahkan sering diputar di kafe saat orang lagi curhat putus cinta.

Di 2025, lagu ini trending lagi karena versi hardcore dari band-band baru dan cover akustik yang bikin orang nangis. Streaming internasional naik 30 persen berkat diaspora yang pakai lagu ini untuk cerita “direbut orang”. Budaya ini tak sementara; setiap generasi punya “Nina” sendiri, dan Feast beri suara paling keras untuk bilang “gue muak!”.

Kesimpulan

25 November 2025 jadi waktu tepat untuk teriak bareng “Nina”, di mana kemarahan terhadap pelakor, metafor perusak, dan dampak budaya ciptakan lagu Feast sebagai anthem paling galak tapi relatable di Indonesia. Dirilis di saat orang mulai berani bicara soal batasan, lagu ini ingatkan bahwa marah itu sah — terutama kalau yang diambil adalah hati atau hak kita. Bagi yang lagi kesel, putar keras chorus untuk pelepasan; bagi yang bahagia, ia pengingat jangan jadi “Nina” orang lain. Saat malam semakin larut, lagu ini pantas diputar kencang — bukti bahwa ada lagu yang tak pernah usang, karena selingkuh dan ketidakadilan selalu ada, dan suara marah kita juga selalu dibutuhkan.

Baca Selengkapnya…

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *